A

Kira-kira darimana aku harus menjabarkannya?
Si pemilik tatap indah bak puisi yang tak sengaja kubaca—pelan, tapi mampu membuat waktu lupa berdetak. Ia masih memandangku dengan sempurna, meskipun aku melukainya. Ia terluka, namun ternyata—cintanya lebih besar dari luka yang pernah aku tancapkan padanya.

Aku ingat, bagaimana air mata itu jatuh pada sudut matanya tatkala aku mengecewakannya. Aku ingat, pada saat Ia memilih diam dibanding meluapkan segala hal tentang rasa sakitnya. Aku ingat, bagaimana aku membiarkan dia pergi atas kesalahan yang kubuat sendiri.

Aku tidak akan berkata bahwa aku baik-baik saja setelah itu, namun yang aku tahu adalah Ia lebih terluka dariku. Namun, seperti yang kubilang sebelumnya bahwa cintanya lebih hebat dari segalanya. Ia membiarkanku kembali ke rumah—dekapannya.

Ia mengesampingkan semua potongan kecewa, sedih, amarah, dan membiarkanku tetap berada disampingnya. Aku sangat beruntung dicintai hebat olehnya, tetapi sialnya—aku pernah bodoh dalam menjaga cintanya.

— V.A

#Sajakberbicara
[@sajakberbicara]