〔 Malam Api Unggun di Pantai 〕✶

ㅤ ׄ‌ Ketika kapal bersandar sebentar di pulau sepi, para bajak laut sering berkumpul di tepi pantai. Mereka menyalakan api unggun besar, memanggang ikan hasil tangkapan, lalu bernyanyi ditemani denting ombak. Di cahaya api, wajah keras mereka tampak lebih lembut, dan tawa pun bergema hingga ke pepohonan.

ㅤ ׄ‌ Malam itu, mereka bebas dari geladak kayu dan aturan kapal. Api unggun di pantai menjadi ruang untuk bercerita, bercanda, dan merayakan persaudaraan. Bagi para bajak laut, saat-saat sederhana seperti inilah yang jadi harta paling berharga di tengah hidup yang penuh bahaya.

〔 Hari Layar Baru 〕✶

ㅤ ׄ‌ Sebelum kapal berangkat menantang ombak, para bajak laut kerap mengadakan perayaan kecil yang disebut Hari Layar Baru. Geladak dibersihkan, layar diperiksa, dan kru berkumpul untuk makan bersama. Ada yang menuangkan rum ke laut sebagai persembahan, ada pula yang mengetuk haluan dengan botol sebagai tanda keberuntungan.

ㅤ ׄ‌ Bagi mereka, ini bukan sekadar ritual, melainkan doa agar perjalanan selamat dan membawa keberuntungan. Dengan sorakan dan tawa, layar dikembangkan, dan kapal pun melaju. Hari Layar Baru adalah awal penuh harapan—saat seluruh kru merasa satu jiwa, siap menantang cakrawala.

〔 Festival Pelabuhan 〕✶

ㅤ ׄ‌ Saat kapal akhirnya bersandar di daratan yang aman, para bajak laut sering larut dalam hiruk pikuk pesta rakyat di pelabuhan. Lampion digantung di sepanjang jalan, musik berdentum dari kedai, dan aroma makanan segar memenuhi udara. Kru yang biasanya keras di laut, berubah jadi penari, peminum, dan pencerita di tengah keramaian.

ㅤ ׄ‌ Mereka menukar koin emas dengan hidangan hangat, ikut berdansa dengan penduduk, atau sekadar tertawa keras di meja kedai. Festival ini menjadi pelarian dari kerasnya hidup di lautan—sebuah jeda singkat untuk merasakan warna-warni kehidupan sebelum layar kembali dikembangkan.

〔 Pesta Rum & Lagu Laut 〕✶

ㅤ ׄ‌ Tidak selalu rampasan yang dirayakan—kadang malam tenang pun cukup jadi alasan untuk berpesta. Para bajak laut akan membuka tong rum, duduk melingkar di geladak, lalu melantunkan sea shanties dengan suara serak penuh semangat. Ada yang mengetuk tong kosong sebagai genderang, ada yang menari dengan langkah kacau namun penuh tawa.

ㅤ ׄ‌ Pesta ini bukan soal kemewahan, melainkan cara mereka melupakan bahaya laut dan pedang musuh. Di tengah nyanyian dan gelak tawa, para kru merasa lebih dekat satu sama lain, seolah kebersamaan itu sendiri adalah harta yang tak ternilai.

〔 Hari Pembagian Harta 〕✶

ㅤ ׄ‌ Setelah rampasan berhasil dibawa ke kapal, tibalah saat yang paling ditunggu: Hari Pembagian Harta. Semua kru berkumpul di geladak, membentuk lingkaran di sekitar peti-peti kayu yang penuh koin, perhiasan, dan barang berharga. Sang kapten atau perwira kepercayaan berdiri di depan, membacakan aturan pembagian yang sudah disepakati dalam piagam kapal.

ㅤ ׄ‌ Setiap kru mendapat jatah sesuai peran dan keberanian mereka—dari tukang masak hingga penembak meriam. Saat nama dipanggil dan bagian diberikan, sorakan pun menggema. Ada yang menepuk bahu kawannya, ada yang menari kegirangan sambil menggenggam koin emas.

ㅤ ׄ‌ Bagi para bajak laut, hari ini bukan hanya soal mendapatkan harta, melainkan juga bukti bahwa mereka semua setara. Tidak ada darah biru atau tahta yang menentukan, hanya keberanian di lautan. Hari Bagian Harta adalah pesta keadilan di antara mereka yang hidup bebas.